Kamis, 22 November 2012
Ilmu Sosial Dasar Psikolog
Pengertian Ilmu Sosial Dasar (ISD)
Berdasarkan sumber filsafat yang dianggap sebagai ibu dari ilmu pengetahuan, maka ilmu pengetahuandapat dikelompokan menjadi tiga :
Natural sciences (ilmu-ilmu alamiah), meliputi: Fisika, Kimia, astronomi, biologi dan lain-lain.
Sosial sciences (ilmu-ilmu sosial) terdiri dari: Sosiologi, Ekonomi, Politik antropologi, Sejarah, Psikologi, Geografi dan lain-lain.
Humanities (ilmu-ilmu budaya) meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian dan lain-lain.
Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan.
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah masalah sosial khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian pengertian (fakta, konsep teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial.
Ilmu sosial dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu sosial dasar yang dipadukan, karena ilmu sosial dasar tidak memiliki objek dan metode ilmiah tersendiri dan juga ia tidak mengembangkan suatu penilitian sebagaimana suatu disiplin ilmu seperti ilmu-ilmu sosial diatas.
Ilmu sosial dasar merupakan suautu bahan studi atau program pekerjaan yang khusus dirancang untuk kepentingan atau pengerjaan yang di Indonesia diberikan di perguruan tinggi.
Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya. Psikologi sosial juga merupakan suatu ilmu pengetahuan baru dalam abad modern. Ilmu ini mulai di rintis pada tahun 1930 di amerika serikat dan kemudian juga di Negara-negara lain. Sebagai displin ilmu yang relatif baru dalam perkembangannya ia banyak menggunakan materi-materi yang sudah tersedia dalam disiplin ilmu sosial lainnya, seperti dari sosiologi dan antropologi misalnya konsep-konsep tentang norrna,sruktur social dan peran adalah konsep yang di ambil dari disiplin ilmu yang sudah lebih dahulu berkembang. Pengkajian psikologi social dan ruang lingkupnya akan dapat member gambaran tentang apa pengertian psikologi sosial dan apa saja yang menjadi objek dalam studinya. Mempelajari modul Psikologi Sosial dan Ruang Lingkupnya merupakan pangkal otakuntuk mengetahui lebih lanjut tentang prinsip-prinsip maupun proses yang tingkah laku seseorang sebagai mahluk sosial.
2.3. Definisi-definisi Psikologi Sosial menurut Para Ahli
1. Hubert Bonner
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2. A.M . chorus
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat
3. Michener & Delamater : 1999
Psikologi Sosial adalah studi alami tentang sebab-sebab dari prilaku sosial manusia
4. Gordon Allport : 1985
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara nyata/aktual, dalam bayangan/imajinasi dan dalam kehadiran
yang tidak langsung (implied)
5. Davis O Sears
Psikologi Sosial merupakan usaha sistematis untuk memahami prilaku sosial, yakni :
a) Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social
b) Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita.
c) Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social
6. Shaw & Costanzo : 1970
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial.
7. Berhm & Kassin
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara individu berpikir, merasa, dan bertingkah laku dalam setting sosial.
Ruang Lingkup Psikologi sosial
Ditinjau dari segi objeknya,psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan besar,yaitu:
a. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia
b. Psikologi yang menyelidiki gdan mempelajari hewan,yang umumnya lebih tegas disebut psikologi hewan
Kesulitan lain dalam pembentukan teori psikologi social adalah menentukan ruang lingkup suatu teori seperti berikut ini:
a) jangkauan penerapan (comprehensiveness), yaitu untuk berapa banyak (macam) fenomena atau kepribadian teori ini dapat diterapkan.
b) Keterbatasan ,yaitu sampai dimana perlu diberikan prasyarat pada kondisi dimana fenomena itu timbul agar suatu teori dapat dinyatakan berlaku.
c) Keumuman (generality),sampai dimana teori bias diperluas untuk mencakup situasi-situasi yang tidak tercakup dalam fenomena awal yang dijadikan dasar untuk penyusunan teori yang bersangkutan.
Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain,psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena.dengan mengerti suatu fenomena,kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan akan terjadinya fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi. Selanjutnya , dengan pengertian dan kemampuan peramalan itu,kita dapat mengendalikan fenomenaitu sampai batas-batas tertentu. Inilah sebetulnya tujuan dari ilmu,termasuk psikologi sosial. (namun,tentu saja tidak selalu kalau kita bisa mengontrol suatu gejala maka kita sudah mengerti betul tentang gejala itu. Seorang pengemudi mobil misalnya,dapat mengendalikan mobilnya tanpa ia mengrti betul tentang mekanisme yang menggerakkan mobil tersebut).
Psikologi yang dipelajari secara praktis dapat dipraktekan dalam bermacam-macam bidang ,misalnya dalam bidang pendidikan,dalam bidang indrusti atau perusahaan dan sebagainya. Psikologi yang berusaha mempelajari jiwa manusia, ternyata banyak mendapat kesulitan ,oleh karena objek penyelidikannya adlah abstrak ,yang tidak dapat diselidiki secara langsung,tetapi diselidiki keaktifannya yang terlibat melalui manifestasi tingkah laku atau perbuatan. Dapat dimisalkan bila kita mempelajari tentang angina,objeknya sendiri secara langsung tidak dapat dilihat ,namun dari keaktifannya ,bila ada daun yang bergerak atau debu beterbangan ,maka jelas ada ,seperti itu pulalah bila kita mempelajari jiwa.
Jadi dalam mempelajari psikologi ini,kita akan membatasi diri pada tingkah laku manusia,karena manusia adalah makhluk tuhan tertinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk yang lain.
Metode – Metode Psikologi Sosial
Dalam psikologi sosial ada beberapa metode yang dilakukan secara empiris tidak seperti ketika psikologi sosial hanya dipikir dan direnungkan tanpa bukti dan fakt-fakta yang jelas, ada beberapa metode yang dikemukakan oleh beberapa ahli
Metode Eksperimen
Wilhem Wundt adalah yang pertama memakai dam mendasarkan metode ini kedalam psikologi sosial secara ilmiah, dalam metode ini ada beberapa syarat yang diajukan oleh Wilhem:
a) kita harus dapat menetukan dengan tepat waktu terjadi gejala yang ingin kita selidiki
b) kita harus dapat mengikuti langsung gejala yang ingin kita selidiki dari mulanya sampai pada akhirnya, dan kita harus mengamati dengan perhatian yang khusus
c) tiap-tiap observasi (pengamatan) harus dapat kita ulangi dalam keadaan-keadaan yang sama
d) kita harus mengubah-ubah dengan sengaja syarat- syarat keadaan eksperimen Maksud metode ini memanglah untuk menimbulkan dengan sengaja suatu gejala guna dapat menyelidiki berlangsungnya dengan persiapan yang cukup dan perhatian yang khusus.
Metode Survey
Dalam metode ini penyelidik mengumpulkan keterangan- keterangan seluas mungkin mengenai kelompok tertentu yang ingin dia selidiki, kebiasaan survey yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi dan angket untuk mendapatkan keterangan
Metode Diagnotik-Psikis
Dalam mengumpulkan beberapa keterangan biasanay penyelidik tidak melakuakan dengan biasa, kadang perlu dilakukan uji test-test psikolgi yang dapat menggambarkan segi-segi psikologi yang lebih dalam mendapat keterangan.
Metode Sosiometri
Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena dialah yang menemukannya, yang mana metode ini merupakan metode baru dalam ilmu sosial dan terfokus untuk meneliti “intra-group- relations” atau saling berhubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok.
MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL
a. Masalah-masalah sosial
Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tidaklah sama, hal ini disebabkan perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam dimana masyarakat itu hidup. Masalah-maslah tersebut dapat berupa masalah sosial, moral, politik, ekonomi, agama dll
Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial. Pengertian masalah sosial :
1. Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial.
2. Menurut para ahli, adalah suatu kondisi atau perkembangan dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Contoh: pedagang kaki lima menurut definisi umum bukanlah masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah, dan pelayanan warga pada taraf hidup tertentu. Tetapi bagi perencana kota merupakan sumber kekacauan lalu lintas dan peluang kejahatan.
Dengan demikian suatu masalah bisa digolongkan sebagai masalah sosial oleh ahli belum tentu dianggap masalah sosial oleh umum. Sebaliknya ada juga masalah yang dianggap masalah sosial oleh umum tetapi tidak oleh ahli.
Batasan mengenai masalah sosial ditegaskan oleh Leslie (1974) yang mendefinisikan bahwa masalah sosial sebagai suatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai, dan karenanya dirasakan perlu untuk diatasi atau diperbaiki.
b. Masalah-masalah sosial dan ahli ilmu sosial
Masalah-masalah sosial muncul sejak adanya peradaban manusia, karena dianggap sebagai sesuatu yang menganggu kesejahteraan hidup. Hal itu merangsang masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisa, memahami dan memikirkan cara untuk mengatasinya. Sebelum ada ahli-ahli ilmu sosial masyarakat yang peka terhadap masalah sosial adalah ahi filsafat, pemuka agama, ahli politik dan kenegaraan.
Disamping itu berbagai disiplin ilmu tergolong dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, politik, psikologi sosial, komunikasi menjadiakan masalah sosial sebagai ruang lingkup studi tetapi pusat studinya bukanlah pada masalah sosial, namun pada usaha memahami hakikat manusia menurut perspektif masing-masing. Sedangkan masalah sosial dipandang sebagai akibat dari proses perubahan sosial dan kebudayaan.
Sejumlah ahli ilmu sosial seperti Merton dan Nizbet (1961) Denzin (1973), Gerson (1969) dan Brodly (1976) merasakan bahwa dengan menggunakan pendekatan masalah-masalah sosial sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami. Begitu juga berbagai pemikiran yang secara masuk akal dapat dipertanggung jawabkan yang berkenaan dengan usaha-usaha untuk memperbaiki masalah-masalah sosial tersebut akan lebih dapat dikembangkan.
Kesimpulan
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah masalah sosial khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian pengertian (fakta, konsep teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial.
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya. Sedangkan metode sosial antara lain :
a) Metode Eksperimen,
b) Metode survey,
c) Metode Observasi,
d) Metode diagnostik – psychis,
e) Metode Sosiometri.
Saran
Untuk meningkatkah rasa Sosial maka Ilmu Psikologi sosial tidak hanya di pelajari oleh mahasiswa tapi di aplikasikan dalam hidupnya.
Ilmu Sosial Dasar Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang diberikannya ISD adalah banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan kita oleh sejumlah para cendikiawan, terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan kita berbau colonial, dan masih merupakan warisan sistem pendidikan Pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan ari politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad Theodhore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, perdagangan, teknik dan keahlian lain, dengan tujuan ekspoitasi kekayaan Negara. Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya.Selaku warga masyarakat,warga bangsa dan negara,secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk pembekalan kepada para mahasiswa di indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai,sikap dan kepribadian,diandalkan kepada pendidikan pancasila,Bela Negara,Ilmu Sosial Dasar,Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalma kehidupan,yang disebut Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu yang membahas dan mengkaji masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.Masalah - masalah yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri mencakup berbagai macam nilai - nilai dari berbagai macam Ilmu Sosial seperti ilmu ekonomi , ilmu psikologi , ilmu geografi , ilmu sosiologi , ilmu hukum dan politik serta bebagai macam Ilmu Sosial lainnya.
2.2 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.3 Sejarah Pendidikan
Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk Hindia-Belanda (cikal bakal Indonesia), meskipun terbatas bagi kalangan tertentu yang terbatas. Sistem yang mereka perkenalkan secara kasar sama saja dengan struktur yang ada sekarang, dengan tingkatan sebagai berikut:
Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar bagi orang Eropa
Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar bagi pribumi
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama
Algemeene Middelbare School (AMS), sekolah menengah atas
Sejak tahun 1930-an, Belanda memperkenalkan pendidikan formal terbatas bagi hampir semua provinsi di Hindia Belanda.
2.4 Filosofi Pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
2.5 Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
Menjamin integrasi sosial.
Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
Sumber inovasi sosial.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini biasanya diperkulan untuk membahas dan mengkaji masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.Masalah - masalah yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri mencakup berbagai macam nilai - nilai dari berbagai macam Ilmu Sosial seperti ilmu ekonomi , ilmu psikologi , ilmu geografi , ilmu sosiologi , ilmu hukum dan politik serta bebagai macam Ilmu Sosial lainnya.
3.2 Saran
Pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa. Ilmu sosial dalam pendidikan tidak hanya diterapkan oleh mahasiswa, namun oleh seluruh manusia agar bumi ini menjadi tentram.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang diberikannya ISD adalah banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan kita oleh sejumlah para cendikiawan, terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan kita berbau colonial, dan masih merupakan warisan sistem pendidikan Pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan ari politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad Theodhore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, perdagangan, teknik dan keahlian lain, dengan tujuan ekspoitasi kekayaan Negara. Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya.Selaku warga masyarakat,warga bangsa dan negara,secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk pembekalan kepada para mahasiswa di indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai,sikap dan kepribadian,diandalkan kepada pendidikan pancasila,Bela Negara,Ilmu Sosial Dasar,Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalma kehidupan,yang disebut Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu yang membahas dan mengkaji masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.Masalah - masalah yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri mencakup berbagai macam nilai - nilai dari berbagai macam Ilmu Sosial seperti ilmu ekonomi , ilmu psikologi , ilmu geografi , ilmu sosiologi , ilmu hukum dan politik serta bebagai macam Ilmu Sosial lainnya.
2.2 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.3 Sejarah Pendidikan
Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk Hindia-Belanda (cikal bakal Indonesia), meskipun terbatas bagi kalangan tertentu yang terbatas. Sistem yang mereka perkenalkan secara kasar sama saja dengan struktur yang ada sekarang, dengan tingkatan sebagai berikut:
Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar bagi orang Eropa
Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar bagi pribumi
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama
Algemeene Middelbare School (AMS), sekolah menengah atas
Sejak tahun 1930-an, Belanda memperkenalkan pendidikan formal terbatas bagi hampir semua provinsi di Hindia Belanda.
2.4 Filosofi Pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
2.5 Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
Menjamin integrasi sosial.
Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
Sumber inovasi sosial.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini biasanya diperkulan untuk membahas dan mengkaji masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.Masalah - masalah yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri mencakup berbagai macam nilai - nilai dari berbagai macam Ilmu Sosial seperti ilmu ekonomi , ilmu psikologi , ilmu geografi , ilmu sosiologi , ilmu hukum dan politik serta bebagai macam Ilmu Sosial lainnya.
3.2 Saran
Pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa. Ilmu sosial dalam pendidikan tidak hanya diterapkan oleh mahasiswa, namun oleh seluruh manusia agar bumi ini menjadi tentram.
Ilmu Sosial dasar
2.1 Pengertian Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar ( ISD ) adalah gabungan dari disiplin ilmu – ilmu sosial yang di pergunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalh – masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. ISD memberikan dasar – dasar pengetahuan umum tentang konsep – konsep yang di kembangkan untuk mengkaji gejala – gejala sosial kepada mahasiswa, yang di harapkan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan memberi alternatif pemecahan masalah dalam kehidupan masyarakat. Dengan begitu antara ilmu – ilmu sosial dan ilmu sosial dasar tidak ada perbedaan yang prinsipil.
2.2 Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar
Berpangkal pada tujuan diatas maka ada dua masalah yang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah ISD. Adanya berbagai aspek yang merupakan satu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri/ menurut keahlian yang berbeda-beda, maupun sebagai gabungan pendekatan gabungan antar bidang. Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat, yang maisng-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola tingkah laku sendiri, tetapi juga amat banyaknya kesamaan kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam pola-pola pemikiran da tingkah laku yang menyebabkan pertentangan maupun hubungan setia kawan dan kerjasama dalam masyarakat kita. Bedasarkan ruang lingkup diatas kiranya masih perlu penjabaran lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan kedalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan yaitu: Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungannnya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Mempelajari dan menyadari adanya masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakat. Mengkaji masalah-masalah kependudukan dan sosialisasi serta menyadari identitasnya sebagai mahasiswa. Mempelajari hubungan antara warga negara dan negara Mempelajari hubungan antara pelapisn sosial dan persamaan derajat Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan pedesaan. Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan-pertentangan sosial bersamaan dengan adanya integrasi masyarakat Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh manusia untuk memanfaatkan kemakmuran dan pengurangan kemiskinan.
2.3 Definisi Menurut Para Ahli
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
11. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2.4 Cabang Utama
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya
Jadi, Ilmu sosial dasar adalah gabungan dari disiplin ilmu – ilmu sosial yang di pergunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalh – masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat.
Ilmu Sosial Dasar ( ISD ) adalah gabungan dari disiplin ilmu – ilmu sosial yang di pergunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalh – masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. ISD memberikan dasar – dasar pengetahuan umum tentang konsep – konsep yang di kembangkan untuk mengkaji gejala – gejala sosial kepada mahasiswa, yang di harapkan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan memberi alternatif pemecahan masalah dalam kehidupan masyarakat. Dengan begitu antara ilmu – ilmu sosial dan ilmu sosial dasar tidak ada perbedaan yang prinsipil.
2.2 Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar
Berpangkal pada tujuan diatas maka ada dua masalah yang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah ISD. Adanya berbagai aspek yang merupakan satu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri/ menurut keahlian yang berbeda-beda, maupun sebagai gabungan pendekatan gabungan antar bidang. Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat, yang maisng-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola tingkah laku sendiri, tetapi juga amat banyaknya kesamaan kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam pola-pola pemikiran da tingkah laku yang menyebabkan pertentangan maupun hubungan setia kawan dan kerjasama dalam masyarakat kita. Bedasarkan ruang lingkup diatas kiranya masih perlu penjabaran lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan kedalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan yaitu: Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungannnya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Mempelajari dan menyadari adanya masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakat. Mengkaji masalah-masalah kependudukan dan sosialisasi serta menyadari identitasnya sebagai mahasiswa. Mempelajari hubungan antara warga negara dan negara Mempelajari hubungan antara pelapisn sosial dan persamaan derajat Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan pedesaan. Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan-pertentangan sosial bersamaan dengan adanya integrasi masyarakat Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh manusia untuk memanfaatkan kemakmuran dan pengurangan kemiskinan.
2.3 Definisi Menurut Para Ahli
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
11. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2.4 Cabang Utama
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya
Jadi, Ilmu sosial dasar adalah gabungan dari disiplin ilmu – ilmu sosial yang di pergunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalh – masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat.
Rabu, 14 November 2012
Penyetaraan Pendidikan di Indonesia
mungkin semua orang sudah mengerti arti tentang sebuah pndidikan.tapi banyak orang yang menyalahgunakan arti tersebut.
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan di Indonesia tersebut terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.
Program penyetaraan pendidikan sudah selayaknya diberikan pada semua masyarakat di semua penjuru baik desa maupun kota. Program ini selanjutnya akan lebih mendekatkan masyarakat pada dunia pendidikan yang sesungguhnya. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa program pendidikan penyetaraan ini belum begitu menyentuh di seluruh pelosok Indonesia. Boleh dikata program penyetaraan ini hanya dikenal di beberapa daerah tertentu saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi yang lebih pada semua masyarakat Indonesia. Perlu kiranya semua elemen pendidikan untuk menyatukan satu visi dan persepsi tentang program penyetaraan pendidikan.
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan di Indonesia tersebut terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.
Program penyetaraan pendidikan sudah selayaknya diberikan pada semua masyarakat di semua penjuru baik desa maupun kota. Program ini selanjutnya akan lebih mendekatkan masyarakat pada dunia pendidikan yang sesungguhnya. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa program pendidikan penyetaraan ini belum begitu menyentuh di seluruh pelosok Indonesia. Boleh dikata program penyetaraan ini hanya dikenal di beberapa daerah tertentu saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi yang lebih pada semua masyarakat Indonesia. Perlu kiranya semua elemen pendidikan untuk menyatukan satu visi dan persepsi tentang program penyetaraan pendidikan.
Dampak Positif & Negatif Homeschooling
Homeschooling saat ini sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Homeschooling merupakan jalan pendidikan lain selain pendidikan formal. Homeschooling merupakan sekolah rumah. Homeschooling merupakan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah-sekolah formal.
Yuliawati (2009) menyatakan bahwa “homeschooling (sekolah rumah) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif”. Homeschooling adalah sekolah rumah. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran yang dilakukan sendiri dan diluar sekolah formal.
Homeschooling bisa disebut dengan sekolah mandiri. Sekolah yang mendidik anak secara terpusat dan membimbing anak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Sekolah-sekolah formal pada umumnya terdiri dari banyak siswa dengan satu atau dua guru. Namun homeschooling terdiri dari hanya satu, dua, atau hanya beberapa siswa. Homeschooling dapat dibimbing dengan satu guru, banyak guru, atau bahkan tanpa seorang guru. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran, hanya saja siswa tidak pergi ke sekolah seperti siswa yang balajar di sekolah pada umumnya. Homeschooling sering dianggap sekolah yang cenderung individual. Namun pada dasarnya semua jenis pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demikian juga dengan homeschooling. “Pandangan homeschooling memberikan pengertian luas kepada setiap orang untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya di lingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih juga memiliki peluang besar sejalan dengan perkembangan pendidikan” (Yuliawati , 2009).
Dampak Positif Homeschooling
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada. Homeschooling biasanya dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat dalam pribadinya.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Homeschooling juga memberikan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas menggunakan sarana pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam adalah penanaman sikap mental belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta belajar dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa belajar membuat rumah kepada tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada petani, belajar memerah susu kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada pedagang, tanpa harus terikat tempat dan waktu.
Peserta didik homeschooling bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang tua untuk serba tahu. Karena pembelajaran homeschooling dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode homeschooling ada tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudian homeschooling majemuk yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschooling komunitas.
1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling, contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi pendidikan.
2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
Dweehan (2009) mengemukakan tentang kelebihan homeschooling sebagai berikut.
Selain memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
Yuliawati (2009) menyatakan bahwa “homeschooling (sekolah rumah) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif”. Homeschooling adalah sekolah rumah. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran yang dilakukan sendiri dan diluar sekolah formal.
Homeschooling bisa disebut dengan sekolah mandiri. Sekolah yang mendidik anak secara terpusat dan membimbing anak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Sekolah-sekolah formal pada umumnya terdiri dari banyak siswa dengan satu atau dua guru. Namun homeschooling terdiri dari hanya satu, dua, atau hanya beberapa siswa. Homeschooling dapat dibimbing dengan satu guru, banyak guru, atau bahkan tanpa seorang guru. Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran, hanya saja siswa tidak pergi ke sekolah seperti siswa yang balajar di sekolah pada umumnya. Homeschooling sering dianggap sekolah yang cenderung individual. Namun pada dasarnya semua jenis pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demikian juga dengan homeschooling. “Pandangan homeschooling memberikan pengertian luas kepada setiap orang untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya di lingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih juga memiliki peluang besar sejalan dengan perkembangan pendidikan” (Yuliawati , 2009).
Dampak Positif Homeschooling
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada. Homeschooling biasanya dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat dalam pribadinya.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Homeschooling juga memberikan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas menggunakan sarana pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam adalah penanaman sikap mental belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta belajar dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa belajar membuat rumah kepada tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada petani, belajar memerah susu kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada pedagang, tanpa harus terikat tempat dan waktu.
Peserta didik homeschooling bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang tua untuk serba tahu. Karena pembelajaran homeschooling dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Nadhirin (2008) berpendapat sebagai berikut.
Metode homeschooling ada tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudian homeschooling majemuk yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschooling komunitas.
1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling, contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi pendidikan.
2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
Dweehan (2009) mengemukakan tentang kelebihan homeschooling sebagai berikut.
- Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
- Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah
- Terlindungi dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
- Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
- Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
- Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
- Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
- Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
- Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya
Selain memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
Dampak Facebook Bagi Remaja
Nama “Facebook” mungkin tidak asing pada zaman sekarang ini.. Semua
orang pasti ingin membuat “Facebook” karena kata sebagian anak remaja
mengatakan bahwa mereka membuat “Facebook” karena ingin mengikuti
perkembangan zaman dan tidak ingin ketinggalan zaman.. Padahal makna
“Facebook” yang sebenarnya yaitu Facebook merupakan sebuah website yang
berbasis jaringan sosial untuk kita mengungkapkan sebuah ide atau
gagasan, sebagai tempat untuk mencari teman & menambah wawasan.
Namun pada akhir-akhir ini “Facebook” dijadikan sebagai tempat untuk berbuat kejahatan.. Padahal website ini mempunyai banyak dampak-dampak yang positif dan memang ada juga dampak negatifnya..
Dampak-dampak positif website “Facebook” ini yaitu:
1. Kita dapat mencari & mendapatkan teman-teman yang baru
2. Dapat menambah wawasan kita mengenai internet dan teknologi
3. Sebagai tempat sebagian remaja untuk menyampaikan sebuah ide, gagasan dan kritikan
4. Sebagai tempat untuk kita dapat berkomunikasi dengan orang lain
5. Sebagai tempat untuk mendapat informasi
Dan ada juga beberapa dampak negatif dari website “Facebook” ini:
1. Para remaja menjadi kurang bertanggung jawab atas profesinya yang menjadi seorang pelajar
2. Menjadi malas belajar
3. Sering kali lupa akan waktu
4. Tidak bisa atau kurang bisa untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan keluarga karena hanya berdiam saja dirumah sambil bermain internet
5. Menjadi tempat untuk saling mengejek jika ada seseorang yang sedang kesal
Itulah dampak-dampak tentang “Facebook” baik yang positif maupun yang negatif..
Nach,, jadi sekarang kita sebagai anak” remaja harus bagaimana agar kita dapat mengambil sisi positif dari “Facebook” tetapi tidak banyak menimbulkan dampak negatif pada diri kita..??
sumber : http://edwinhartanto.wordpress.com/2010/04/23/dampak-facebook-bagi-remaja-positif-negatif/
Namun pada akhir-akhir ini “Facebook” dijadikan sebagai tempat untuk berbuat kejahatan.. Padahal website ini mempunyai banyak dampak-dampak yang positif dan memang ada juga dampak negatifnya..
Dampak-dampak positif website “Facebook” ini yaitu:
1. Kita dapat mencari & mendapatkan teman-teman yang baru
2. Dapat menambah wawasan kita mengenai internet dan teknologi
3. Sebagai tempat sebagian remaja untuk menyampaikan sebuah ide, gagasan dan kritikan
4. Sebagai tempat untuk kita dapat berkomunikasi dengan orang lain
5. Sebagai tempat untuk mendapat informasi
Dan ada juga beberapa dampak negatif dari website “Facebook” ini:
1. Para remaja menjadi kurang bertanggung jawab atas profesinya yang menjadi seorang pelajar
2. Menjadi malas belajar
3. Sering kali lupa akan waktu
4. Tidak bisa atau kurang bisa untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan keluarga karena hanya berdiam saja dirumah sambil bermain internet
5. Menjadi tempat untuk saling mengejek jika ada seseorang yang sedang kesal
Itulah dampak-dampak tentang “Facebook” baik yang positif maupun yang negatif..
Nach,, jadi sekarang kita sebagai anak” remaja harus bagaimana agar kita dapat mengambil sisi positif dari “Facebook” tetapi tidak banyak menimbulkan dampak negatif pada diri kita..??
sumber : http://edwinhartanto.wordpress.com/2010/04/23/dampak-facebook-bagi-remaja-positif-negatif/
Langganan:
Postingan (Atom)